
Opini Wakil Ketua Umum KADIN Andi Rahmat: Kebijakan Pembentukan Batalyon-batalyon Baru TNI
Yang membedakan adalah Jenderal Ryamizard menghendaki batalyon-batalyon ini murni merupakan batalyon tempur dengan kualifikasi raider. Batalyon-batalyon yang disiapkan untuk suatu pertempuran berlarut.
Kita seringkali melupakan pelajaran sejarah bahwa sepanjang sejarah, peradaban-peradaban besar yang kuat dan makmur selalu ditopang oleh kekuatan militer yang kuat.
Bisa dikatakan, tidak ada bangsa- bangsa besar yang kuat dan makmur tanpa militer yang kuat. Kenyataan ini sudah menjadi adagium tersendiri.
Imperium besar dimasa lalu seperti Yunani, Babylonia , Romawi, Persia, Kekhalifaan Islam, Kekaisaran China, Imperium Ottoman, imperium Mughal, dan bahkan Majapahit, semuanya ditopang oleh kekuatan militer yang solid.
Demikian juga dengan Imperium Inggris, Spanyol, Rusia, Persia, Prancis, Prusia, Austro Hungaria.
Di era sekarang, Amerika Serikat. Semuanya ditopang oleh kekuatan militer yang kuat.
Kesemuanya itu menunjukkan bahwa kemakmuran ekonomi suatu bangsa memerlukan “pengawalan” yang kuat dari kemampuan militernya.
Lalu bagaimana menalar keinginan pemerintahan Prabowo yang hendak membangun 100 batalyon baru ini?
Kalau meletakkan keinginan ini dalam kerangka ambisi bangsa Indonesia untuk menjadi kekuatan ekonomi dunia, kita bisa menemukan jejak keterhubungan argumentasinya.
Presiden Prabowo dalam berbagai kesempatan sering sekali menyampaikan betapa besar kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.
Kekayaan ini, dalam kurun waktu yang lama menjadi incaran bangsa-bangsa lain disebabkan lemahnya bangsa Indonesia dalam menjaga dan memanfaatkan potensi besarnya itu.
Nampak sekali keinginan pemerintahan Prabowo untuk memastikan pencapaian kemakmuran bangsa pada saat yang sama sanggup pula dijaga dan ditopang dengan kuat oleh kekuatan militer bangsa Indonesia sendiri.
Keinginan ini tidak muluk. Berbagai peristiwa global akhir-akhir ini menunjukkan meningkatnya intensitas konflik antar negara yang berujung pada perang terbuka.
Ditambah lagi, tensi ketegangan di kawasan Indo Pasifik yang melibatkan dua kekuatan besar dunia, Amerika Serikat dan China, menjadi sumber kekhawatiran tersendiri.
Dan Indonesia, dikarenakan potensi kekayaannya yang besar dan letak geografisnya, tidak bisa terlepas dari dinamika itu.